Kenapa engkau terasa semakin lama berarak mengintai bumi, merah rona senjamu yang memantul awan semakin membuat aku silau meski dipelukan malam
Aku tak tau, karena besok pagi akan ada pelangi lagi?
Bila hujan turun, akan kurayakan dengan siapa
Matahari, di ufuk mana engkau berarak hari ini ?
Besok, lusa dan hari depan
Ah, akan kujangkau jika engkau mendekati awan
Akan kudekap agar tak jatuh ke bumi
Meski licin ujung jemarimu wahai cahaya ku
Saat ku mendekat kurasakan perlahan aku meleleh, melebur
saat makin dekat aku padanya
aku tahu aku akan hancur
menjadi debu kosmik di tata surya
namun aku tak kuasa
melawan terang sang matahari
aku tak ingin menolak pesonanya
yang telah membuatku jatuh hati
biarlah aku hancur tanpa sisa
jika itu berarti makin dekat ke sisinya
biarlah aku menikmati saat aku didekatnya
meskipun mungkin saat ku tersadar ku telah tiada
sinar hangat keemasan menyentuh khidmat kala subuh, mengirimkan tanda-tanda kasih sayang-Nya yang tak pernah usai..
matahari menjalankan kerjanya mengirim kehangatan dan harapan
matahari dinanti tetumbuhan, gemerisik pucuk dedaunan menyambut belaian Sang Maha Hidup
matahari membawa keindahan, dalam ramai pagi, dalam hiruk pikuk….lihat cahaya-Nya…inilah kasih sayang-Nya
matahari bekerja tak pernah mengeluh
meski...
mungkin saja..
mendung kelabu tengah mengejarnya....
mungkin saja sang awan berarak sambil membawa dendang hujan
mungkin saja langit siap menaburkan angin
matahari bekerja tanpa pamrih
memberikan kegembiraan pagi, menemani langkah dunia meraih sejuta asa
matahari akan terus bekerja, membawa tanda-tanda kecintaan Sang Khalik pada mahluk-Nya
“terimakasih Tuhan, masih diberi kesempatan menikmati pagi-Mu yang hangat dan indah bila esok lau ijinkan. Kau yang mengetahui apa yang tersembunyi…terimakasih menemani setiap langkah perjalananku…dalam sepiku..dalam gempitaku
restricted area.. teruntuk sebuah hati yang jauh disana... yang tak tergapai